adsensenya icang

Jumat, 27 Mei 2011

kebebasan; anarkisme dan bela negara

By : Machdani Afala*


kebebasan menjadi hal yang sangat penting dalam membangun demokrasi. tapi bukan berarti kebebasan itu adalah segalanya. manusia dalam dunia kehidupannya selalu dihadapkan dengan manusia lainnya yang mempunyai berbagai macam kepentingan. oleh karena itu, ada batasan-batasan yang dibangun atas dasar kolektifitas sebagai asas dan prinsip kebersamaan. sehingga hak-hak politik dan sipil setiap manusia dapat saling menghargai dan menghormati kemanusiaan orang lain. kebebasan yang dibangun adalah kebebasan yang  memerdekakan diri dan  orang lain. dan ini bisa terjadi kalau konsistensi dan komitmen pada batasan sebagai kesepakatan itu tetap dipegang teguh. jadi kebebasan harus dibatasi atas nama kemanusiaan.

kebebasan berpendapat sebenarnya lebih kepada lahirnya ruang publik yang netral yang disiapkan oleh pemerintah untuk mendialektikakan dan menyuarakan aspirasi bagi setiap orang atas saran, kritikan terhadap seluruh fenomena dan realitas sosial yang ada. Pemerintah selaku pemegang otoritas berkewajiban menyediakan ruang publik yang tidak disabotase oleh pihak tertentu saja tetapi  juga untuk kepentingan intelektual, pasar, agama dan lainnya secara netral. akan tetapi realitasnya, ruang publik adalah ruang yang sudah menjadi milik pihak penguasa yang berwajah pengusaha sehingga ada ketidakadilan yang terjadi diruang publik. ketidakadilan inilah yang memicu sikap anarkis setiap orang. dimana tidak ada lagi kepercayaan kepada negara sebagai otoritas yang mengatur masyarakat. dan akhirnya kekerasan massa, pembredelan, tawuran, kriminalisme dan premanisme sampai pada terorisme terjadi dimana-mana. jadi,tindakan anarkis bukan muncul tanpa sebab, tapi memang lingkungan yang memaksa kita untuk berbuat demikian. negara menjadi tidak aman akibat miskinnya ruang publik yang tersedia dan kondisi ini akan mudah dimanfaankan oleh pihak-pihak tertentu. ancaman terhadap  disintegritas bangsa samakin tinggi. kondisi seperti ini nantinya akan memaksa pihak pertahanan dan keamanan sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk bertindak meningkatkan keamanan.

untuk melakukan itu pihak keamanan akan membutuhkan biaya yang sangat besar, menjaga dan mengamankan negara. sehingga kalau ditilik dengan seksama anarkisme sebenarnya telah menyebabkan terbuangnya biaya yang justru bisa dialokasikan untuk kepentingan yang lain tapi disisi lain penindasan yang dilakukan oleh otoritas yang bernama negara semakin tak terkendali. negara kemudian menjelma menjadi monster buas bagi rakyatnya.

oleh karenanya, konsistensi dan komitmen pada batasan/aturan sebagai kesepakatan kolektif harus ditegakkan tanpa pandang bulu, egaliterialisme yang harus dibangun atas dasar kemanusiaan dan kemaslahatan.dan pada akhrinya kita butuh aparatur negara yang punya visi politik yang jelas terhadap perubahan bangsa yang lebih baik.

                       "  corong demokrasi harus terbuka lebar, tapi kualitas adalah yang utama" (dhani)

*Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi Universitas Hasanuddin

Rabu, 25 Mei 2011

Menerapkan Sikap Berdemokrasi Dalam Kehidupan

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran(wikipedia).

tetapi secara silsilah, bahwa Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni
dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti
memerintah. Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi
adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan
“dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam sistem
pemerintahan demokrasi, kedaulatan (kekuasaan tertinggi)
berada di tangan rakyat

Demokrasi menempati posisi penting dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Munculnya Demokrasi karena dari tuntutan sosial,,,di mana keputusan sosiallah yang menjadi penting dalam menjalankan sebuah kekuasaan

sebenarnya Demokrasi tidak hanya dilihat dari pemerintahan suatu negara tetapi bisa dilihat misalnya dimulai dari kehidupan dalam keluarga yaitu keluarga menerapkan aturan atas dasar keputusan bersama, orang tua tidak bertindak sewenang-wenangnyanya, tetapi harus saling berbagi bersama dengan istri dan anaknya.

Minggu, 22 Mei 2011

Akrobatik Intelektual

by : Laode Mahdani Afala*

pendidikan adalah media untuk mendapat pengetahuan, lewat pendidkan kita bisa mengenal segala realitas, menyapa dan memperlakukannya sebagaimana mestinya sesuatu itu. pemahaman dan tindak seperti itu tidak lain dari apa yang kita pelajari lewat dunia pendidikan. kualitas pengetahuan akan mendukung gerak itu. karena iitu visi pendidikan harus jelas bagi kebutuhan manusia.

pada dasarnya pengetahuan dapat diperoleh dimana saja. kata orang-orang, semua tempat adalah guru, kita bisa belajar dimanapun dan kapan pun kita mau. hanya saja untuk sampai ilmu itu bisa memahamkan kita atas semua realitas, maka ilmu pun harus terbangun dengan sistematis dalam diri kita. dalam artian harus ada proses dan jenjang yang harus dilewati oleh setiap orang yang menjadi musafir ilmu.

realitas manusia hari, menggambarkan bahwa apa yang mereka pahami  dari proses belajar adalah demikian. bahwa banyak orang pintar tapi dangkal dari hal-hal yang sifat prinsipil dalam hidup, banyak orang yang ahli dalam bidang tertentu tapi tidak bisa mempertanggung jawabkan keilmuannya secara kemanusiaan. Nuklir, bom, senjata pemusnah masal, senjata biologis, tank dan teknologi lainya, teori-teori dan konsep yang membangun paradigma menjadikan manusia semakin jauh menempati posisinya sebagai manusia dan pemakmur alam semesta. pengetahuan yang pada asalinya mencerahkan dan menjadi pelita hidup justru membawa kengerian zaman.

banyak para filosof, para doktor dan sarjana yang katanya cerdas di negeri dan sekolahnya justru menjadi monster di tanah bumi manusia. karena kecerdasannya, kekuasaan menjadi tergemgam dan dibawah kendalinya. kendali yang diarahkan untuk mewujudkan keinginan dan kepentingan pribadinya dan kelompoknya. karena kekuasaan itu, para intelektual moderen, menjadi penentu kebenaran, pendakwa atas manusia lain yang seolah mereka ingin mengatakan " aku adalah kebenaran". inilah permainan dan akrobat (akrobatik intelektual) yang ditunjukkan para intelektual moderen
sekarang ini.

Menurut Eric Fromm, para intelektual modern telah terjangkiti oleh sebuah penyakit yang disebut dengan ''misosophy'' kebencian kepada kebajikan. yaitu para filosof yang tidak lahir dari pergulatan realitas secara langsung sebagaimana para filosof masa lalu, sokrates, plato, aristoteles dan filosof masa lalu lainnya. akhirnya ilmu itu sendiri menjadi hijab bagi manusia untuk meraih kebahagiaan.

''ilmu adalah cahaya, cahaya tak bersinar kala mata tak ingin melihat lagi" (dhani)

Selasa, 17 Mei 2011

Selamat Datang


Selamat datang di blog Pusat Studi Demokrasi Universitas Hasanuddin (PSD-UH). Sebuah lembaga yang mengkaji tentang demokrasi dari berbagai disiplin ilmu.