adsensenya icang

Minggu, 22 Mei 2011

Akrobatik Intelektual

by : Laode Mahdani Afala*

pendidikan adalah media untuk mendapat pengetahuan, lewat pendidkan kita bisa mengenal segala realitas, menyapa dan memperlakukannya sebagaimana mestinya sesuatu itu. pemahaman dan tindak seperti itu tidak lain dari apa yang kita pelajari lewat dunia pendidikan. kualitas pengetahuan akan mendukung gerak itu. karena iitu visi pendidikan harus jelas bagi kebutuhan manusia.

pada dasarnya pengetahuan dapat diperoleh dimana saja. kata orang-orang, semua tempat adalah guru, kita bisa belajar dimanapun dan kapan pun kita mau. hanya saja untuk sampai ilmu itu bisa memahamkan kita atas semua realitas, maka ilmu pun harus terbangun dengan sistematis dalam diri kita. dalam artian harus ada proses dan jenjang yang harus dilewati oleh setiap orang yang menjadi musafir ilmu.

realitas manusia hari, menggambarkan bahwa apa yang mereka pahami  dari proses belajar adalah demikian. bahwa banyak orang pintar tapi dangkal dari hal-hal yang sifat prinsipil dalam hidup, banyak orang yang ahli dalam bidang tertentu tapi tidak bisa mempertanggung jawabkan keilmuannya secara kemanusiaan. Nuklir, bom, senjata pemusnah masal, senjata biologis, tank dan teknologi lainya, teori-teori dan konsep yang membangun paradigma menjadikan manusia semakin jauh menempati posisinya sebagai manusia dan pemakmur alam semesta. pengetahuan yang pada asalinya mencerahkan dan menjadi pelita hidup justru membawa kengerian zaman.

banyak para filosof, para doktor dan sarjana yang katanya cerdas di negeri dan sekolahnya justru menjadi monster di tanah bumi manusia. karena kecerdasannya, kekuasaan menjadi tergemgam dan dibawah kendalinya. kendali yang diarahkan untuk mewujudkan keinginan dan kepentingan pribadinya dan kelompoknya. karena kekuasaan itu, para intelektual moderen, menjadi penentu kebenaran, pendakwa atas manusia lain yang seolah mereka ingin mengatakan " aku adalah kebenaran". inilah permainan dan akrobat (akrobatik intelektual) yang ditunjukkan para intelektual moderen
sekarang ini.

Menurut Eric Fromm, para intelektual modern telah terjangkiti oleh sebuah penyakit yang disebut dengan ''misosophy'' kebencian kepada kebajikan. yaitu para filosof yang tidak lahir dari pergulatan realitas secara langsung sebagaimana para filosof masa lalu, sokrates, plato, aristoteles dan filosof masa lalu lainnya. akhirnya ilmu itu sendiri menjadi hijab bagi manusia untuk meraih kebahagiaan.

''ilmu adalah cahaya, cahaya tak bersinar kala mata tak ingin melihat lagi" (dhani)

Tidak ada komentar: